wahdahsidrap.com - Harus diakui bahwa nikmat terbesar yang dianugerahkan oleh Allah Jalla
Wa A’la kepada manusia adalah al-Qur'an. Apa jadinya manusia jika tidak
diturunkan al-Qur'an? Apa jadinya bumi ini jika al-Qur'an tidak
diwahyukan? Dan apa jadinya kehidupan manusia jika al-Qur'an diabaikan?
Sederet pertanyaan itu hendaknya menjadi renungan untuk memantik
kesadaran kita betapa al-Qur'an adalah merupakan hadiah dan nikmat agung
dari Sang Pencipta kepada umat manusia.
Terjemahan dua Ayat di bawah ini membantu kita untuk merenung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(Terjemahan al-Qur'an Surat al-A'raf (7), ayat 179)
Dan Allah berfirman dalam al-Qur'an surah Thaaha (20), ayat 124-126, terjemahannya adalah:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu
(pula) pada hari ini kamupun dilupakan.”.
Al-Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah membuat suatu kesimpulan yang sangat menyentak insting kemanusiaan kita:
“ Kalaulah bukan karena Ulama, maka jadilah manusia seperti binatang” (Lihat Kitab Minhaju Al-Qashidin).
Ulama adalah golongan manusia mulia yang merupakan pewaris sah dari
para Nabi, mereka tidak mewarisi harta dan nikmat keduniaan, tetapi
mereka mewarisi ilmu al-Qur'an dan as-Sunnah.
Karena itu, perkataan
al-Hasan al-Bashri di atas, sekalipun tidak menyebutkan lafadz
“al-Qur'an”, tetapi di dalam kata “ulama” tersirat makna “al-Qur'an”
sebagaimana firman Allah Jalla wa A’la di surat Al-A'raf (7) ayat 179.
Mengapa Harus Akrab dengan al-Qur'an?
Kesadaran bahwa al-Qur'an adalah nikmat terbesar bagi manusia harus
diikuti dengan langkah nyata yang menunjukkan bahwa memang al-Qur'an
adalah kebutuhan primer dalam kehidupan umat manusia. Kesadaran akan
pentingnya al-Qur'an tanpa diikuti dengan langkah nyata, akan
mengakibatkan kehidupan kita kehilangan segalanya. Langkah itu
disimpulkan dengan satu kalimat singkat: “Menjadikan al-Qur'an sebagai
sahabat Akrab”.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
(dalam terjemahan hadits) tentang orang-orang yang menjadikan al-Qur'an
sebagai sahabat akrab:
“Bacalah al-Qur'an, sesungguhnya ia akan
datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa'at bagi orang-orang yang
bersahabat dengannya”. (HR. Muslim, No.1337)
Hadits ini
memberikan pelajaran bahwa, salah satu keutamaan menjadikan al-Qur'an
sebagai sahabat di dunia ini adalah memperoleh syafa'at al-Qur'an.
Syafa'at adalah merupakan kebutuhan utama setiap Muslim di akhirat,
sebab dengan syafa'at, Allah akan memasukkan ia ke dalam syurga-Nya.
Al-Qur'an juga akan menentramkan hati bagi orang-orang beriman yang sering berinteraksi dengannya.
Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan
hati mereka bisa merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa
hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa tentram.” (QS.
ar-Ra'd (13) ayat 28).
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan
bahwa pendapat terpilih mengenai makna 'mengingat Allah' di sini adalah
mengingat/merenungkan al-Qur'an. Hal itu disebabkan hati manusia tidak
akan bisa merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang
tertanam di dalam hatinya. Sementara iman dan keyakinan tidak bisa
diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan al-Qur'an (lihat Tafsir
al-Qayyim, hal. 324)
Jadi, sebaik-baik sahabat karib adalah
al-Qur'an yang dengannya akan membuat hati kita tentram, bahagia dan
lebih dari itu al-Qur’an akan menjadi pembela kita di hari kiamat kelak.
Metode Akrab dengan Al-Qur'an
1. Menjadikan sebagai bacaan harian. Membaca al-Qur'an adalah langkah
awal dalam berinteraksi dengannya. Al-Qur'an hendaknya menjadi bacaan
utama kita setiap hari. Ada target bacaan harian dan target kapan kita
bisa mengkhatamkannya sesuai dengan kemampuan kita.
2.
Mendengarkan bacaan al-Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
sering meminta sahabat untuk membacakan al-Qur'an untuknya. Saat ini
selain bisa mendengarkan bacaan qari secara langsung, banyak alat atau
fasilitas elektronik dimana kita bisa mendengarkan bacaan al-Qur'an.
Jika mendengar musik atau hal-hal lain yang hanya mengeraskan hati maka
mendengarkan bacaan al-Qur'an justru akan menentramkan hati.
3.
Meluangkan waktu secara terjadwal untuk mentadabburinya (memahami dan
mengkajinya). Ayat-ayat Al-Qur'an akan semakin menyentuh hati kita saat
kita mengetahui maknanya. Selain bisa mengetahui makna al-Qur'an dari
buku-buku tafsir, kitapun bisa mengikuti halaqah-halaqah kajian
al-Qur'an.
4. Mengamalkannya, yakni mengejawantahkan
ajaran-ajaran al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikannya
rujukan disamping hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
baik dalam amalan ibadah maupun dalam hal muamalah dan lainnya.
5. Berusaha untuk menghafal al-Qur'an. Mulai dari ayat atau surah-surah
yang mudah untuk kita hafal. Kesibukan ataupun faktor umur tidak
menjadi penghalang asalkan kita mempunyai kemauan kuat untuk “menyimpan”
al-Qur'an di dalam dada-dada kita. Banyak perangkat dan metode yang
akhir-akhir ini berkembang yang bisa menjadi sarana buat kita untuk
menghafal al-Qur'an.
6. Mendakwahkannya, yaitu menjadikan sebagai bahasan dan referensi utama dalam berdakwah.
7. Memperjuangkan agar isinya menjadi rujukan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Penutup
Berbahagialah orang yang menjadikan al-Qur'an sebagai sebaik-baik
sahabat. Tiap hari ia akrab dengan Kalam Rabb-nya. Membacanya,
mengamalkannya, menghafalnya, mempelajarinya, bahkan mendakwahkannya. Ia
menjadi sebaik-baik manusia sebagaimana sabda Rasululullah shallallahu
'alaihi wa sallam, “sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari
al-Qur'an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Semoga kita termasuk ahlul Qur'an. Wallahu Ta'ala a'lam.
Oleh: Ustadz Ir. Muhammad Qasim Saguni, MA.
(Ketua Dewan Syuro DPP Wahdah Islamiyah)
Dimuat di Majalah SEDEKAH PLUS edisi 3 (April 2014) Tahun I, rubrik Tarbiyah.
Sumber: http://laziswahdah.com
Mengakrabkan Diri dengan al-Qur'an
Written By Admin on Kamis, 14 Agustus 2014 | 15.30
Artikel Terkait
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
Al-Qur'an,
Artikel,
Ibadah,
Qasim Saguni

0 komentar:
Posting Komentar