Majelis Rasul adalah sebuah halaqah yang sempurna. Tidak hanya
berfungsi sebagai sarana transfer maklumat dan ilmu, namun ia juga
adalah halaqah tarbiyah (pengkaderan) dan pembinaan qiyadah
(kepemimpinan), sehingga tak heran bila dari kader-kader beliau,
terlahir sebuah generasi rabbani yang tidak hanya teristimewakan dengan
keluasan ilmu, namun juga kekuatan iman/taqwa, kelurusan logika dan cara
pandang, serta ketinggian hikmah dan akhlak. Keempat poin ini bila
terdapat dalam diri seorang mukmin maka ia telah menanamkan sifat bashirah dalam dirinya1, inilah sifat para sahabat radhiyallahu’anhum secara umum yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ
Artinya: Katakanlah: “Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada ALLAH diatas bashirah (ilmu dan hikmah). (Yusuf: 108)
Kita semua hendaknya jangan bermimpi untuk menjadi seorang dai yang
sukses jika hanya mengandalkan hafalan, dan kecerdasan, melainkan harus
dengan adanya sifat bashirah dengan keempat komponennya tersebut.
Para sahabat Nabi adalah generasi rabbani yang terlahir dari majelis ilmu dan tarbiyah beliau. Perlu diketahui, bahwa generasi rabbani
adalah generasi yang tidak hanya konsisten mendalami dan menyebarkan
ilmu kepada manusia, namun mereka adalah generasi yang juga berkorban
untuk menebarkan ishlah dan peradaban dalam berbagai bidang kehidupan manusia –sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ibnu Jarir Al-Thabari- 2
. tentunya dengan menggabungkan keempat komponen sifat bashirah yang
telah disebutkan sebelumnya Dan generasi seperti ini tidak akan lahir
hanya dari majelis yang berfungsi sebagai sarana transfer maklumat dan
ilmu, akan tetapi lebih dari itu, ia akan terlahir dari sebuah
pengkaderan dan tarbiyah intensif yang menekankan sifat bashirah dan
rabbaniyah. Bashirah berfungsi sebagai sifat yang melekat pada diri dan
jiwa kita, dan Rabbaniyah sebagai aplikasi dari sifat bashirah tersebut.
Lalu bagaimanakah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengkader
para sahabatnya, diatas ilmu dan amal ?? Mari menyimak kondisi halaqah
tarbiyah pertama dalam sejarah Islam yaitu Halaqah Dar Al-Arqam bin Abi
Al-Arqam.
Kita semua pasti tahu bahwa tempat majelis ilmu yang pertama kali
dalam sejarah islam adalah Rumah/Dar Al-Arqam bin Abi Al-Arqam… Tetapi
ada beberapa hal penting yang mungkin belum kita ketahui darinya
-khususnya yang berkaitan dengan tarbiyah dan pengkaderan-3 :
# Dar Al-Arqam bukan hanya berfungsi sebagai majelis ilmu, tapi ia
adalah halaqah tarbiyah (pengkaderan) pertama dan markaz dakwah paling
awal dalam islam. Dari tempat inilah Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam mencanangkan misi dakwah dan menggembleng para mutarabbi nomor
wahid yang dikenal oleh sejarah manusia. Al-Saabiquun Al-Awwaluun,
demikian julukan kemuliaan yang disematkan pada para mutarabbi yang
tertarbiyah dalam halaqah ini. Kader awal-awal islam inilah yang
memiliki keimanan yang lebih kuat dibandingkan para sahabat lainnya,
sebut saja 10 orang sahabat al-mubasysyarun bil-jannah, Ibnu Ma’ud,
Bilal bin Rabah, Khabbab bin Al-Art, dan lain-lainnya. Tidak
mengherankan bila nama-nama inilah yang lebih dominan dalam perjalanan
Sirah Nabawiyah dan perjuangan awal islam ini.
# Berkumpulnya para sahabat secara rutin dalam halaqah tarbiyah Dar
Al-Arqam memberikan banyak manfaat khususnya penyampaian wahyu Allah,
pengajaran islam, pengkaderan para sahabat, tazkiyatunnafs dan
penjelasan visi misi dakwah islam serta pembagian tugas dakwah. Inilah
implementasi firman Allah :
يتلوا عليهم ءايته ويزكيهم ويعلمهم الكتب والحكمة وان كانوا من قبل لفى ضلل مبين
Artinya: membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (as-sunah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS al-Jumu’ah: 2)
Hal inilah yang membentuk watak ketegaran iman dan karakter qiyadah (kepemimpinan) para sahabat, khususnya 4 khulafaa rasyidin.
# Dalam Halaqah Dar Al-Arqam, para sahabat tidak hanya datang, duduk.
mendengar, lalu pulang begitu saja… Namun Rasulullah shallallahu
‘alayhi wasallam memberikan pada setiap mereka tugas dan beban yang
mesti dilaksanakan.
# Diantara tugas sebagian para sahabat adalah penyambutan orang-orang
asing yang datang ke Mekkah demi untuk mencari kejelasan tentang agama
islam yang mulai tersebar kabarnya di luar Mekkah, tugas ini dibebankan
pada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Hal ini tergambarkan dari
kisah Abu Dzar radhiyallahu’anhu yang datang ke Mekkah demi mencari
kejelasan agama islam, yang kemudian diajak oleh Ali bin Abi Thalib
untuk mengahadap Rasul di Dar Al-Arqam. (Lihat : Manhaj Nabi dalam
Dakwah : 150)
# Tugas lainnya adalah pengajaran bacaan dan hafalan Al-Quran pada
pemeluk islam yang baru, tugas ini diembankan pada beberapa sahabat yang
pandai baca tulis di antaranya Khabab bin Al-Art, sebagaimana dalam
kisah populer keislaman Umar bin Khaththab. (Walaupun kisah ini ada sisi
kelemahannya, namun tugas pengajaran Al-Quran memang ada pada waktu
itu).
# Tapi ingat, bahwa Dar Al-Arqam bukanlah satu-satunya halaqah ilmu
dan tarbiyah pada saat itu di Kota Mekkah, melainkan ada beberapa
halaqah cabang yang dibuat bagi mereka yang tidak bisa datang ke Dar
Al-Arqam. (Lihat : Manhaj Nabi dalam Dakwah : 148).
# Sahabat lain yang tidak memegang tugas tertentu, bukan berarti
mereka tidak dibebani sama sekali, dan mereka hanya datang, duduk,
mendengar wejangan Rasul, menghafal, lalu pulang dan murajaah ilmu…
Tidak demikian !!! Namun setiap mereka dibebankan untuk mendakwahi
orang-orang terdekat mereka kepada islam, buktinya tidak berselang lama
kader halaqah Dar Al-Arqam ini kemudian bertambah menjadi 40 sahabat
Nabi.
Kesimpulan: Bahwa generasi emas para sahabat terlahir proses tarbiyah
dengan segala bentuknya, baik tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri) maupun
tarbiyah jama’iyyah (pembinaan berkelompok). Mereka adalah generasi
rabbani yang tidak hanya membuat ishlah dan perbaikan dalam perkara
agama dan akhirat, namun diseluruh bagian kehidupan dunia, sesuai makna
dan definisi rabbaniyah itu sendiri.
Terakhir : Marilah bergabung, dan terus berkiprah dan aktif dalam
halaqah-halaqah ilmu dan tarbiyah, semoga dengannya kita diangkat oleh
Allah sebagai generasi rabbani yang dijanjikan oleh Allah ta’ala. Kalau
tidak, maka Dia akan menggantikan kita semua dengan generasi yang lebih
baik lagi, sebagaimana dalam firman-Nya :
وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَـٰلَكُم
Artinya : “ dan jika kalian berpaling niscaya Dia akan
mengganti (kalian) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti
kalian ini”. (Q.S. Muhammad [47] : 38).
1 Poin ini merupakan faedah yang penulis dapatkan dari
Muhadharah Syaikh Khalid Al-Sabt hafidzhahullah di Kota Madinah beberapa
pecan yang lalu.
2 Pembahasan makna dan definisi Rabbani sangatlah urgen,
semoga dimudahkan untuk dikaji pada tulisan-tulisan berikutnya, In Syaa
Allah. (Silahkan merujuk Tafsir Al-Thabary : 6/543).
3 Poin-poin penting Disadur Dari Kitab -Al-Tarbiyah Al-Jama’iyyah- karya Nayif Al-qurasyi dengan banyak tambahan.
Halaqoh Tarbiyah Di Zaman Rosulullah
Written By Unknown on Sabtu, 25 April 2015 | 06.46
Artikel Terkait
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Label:
Halaqoh,
Rasulullah,
Tarbiyah

0 komentar:
Posting Komentar