Siapakah
penjahat paling keji saat ini? Itulah media yang hanya memberitakan kepentingan
para pemilik modal dan penguasa. Media seperti ini jauh lebih berbahaya dari
pembunuh, pemerkosa, begal, bahkan koruptor sekalipun. Masyarakat dibuat saling
konflik oleh berita-berita pesanan, berita framing dan berita menggiring, di
mana semuanya berujung pada penyesatan opini.
Penjilat
digambarkan seolah kesatria. Penjahat dikesankan seakan penolong. Pahlawan
dianggap lawan. Maka kendati barangkali masih ada kejujuran yang tersisa pada
segelintir wartawannya, mereka tetaplah tidak berdaya menghadapi atasan mereka
yang berhati jahat. Karenanya, pada keadaan seperti ini, amat lucu ketika kita
lebih percaya kepada media-media mainstream tanpa adanya tabayyun
terlebih dahulu.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya), “Mereka tidak henti-hentinya
memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada
kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu
dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia
amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 217)
Ayat di
atas, sangat jelas menerangkan kepada kaum muslimin bahwa orang-orang
kafir senantiasa mendakwahkan agama mereka. Dengan kata lain, mereka ingin
memurtadkan umat Islam.
Salah satu
cara yang mereka tempuh adalah melalui media massa. Media saat ini telah
didominasi atau dikuasai oleh kalangan anti Islam, yang melihat Islam sebagai
ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka. Misi mereka sudah tentu
merugikan dan memojokkan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia
membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan di dalam dada kaum
muslimin akan kebenaran dan pentingnya Islam di dalam kehidupan.
Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan dan membela Islam, bahkan berpotensi untuk menghancurkan Islam itu sendiri, karena mereka masih “berkiblat” kepada kantor-kantor barat yang anti Islam dan selalu memberi berita yang sifatnya merugikan Islam. Sebagai seorang muslim harus terlebih dahulu men-tabayyun (memeriksa kebenaran berita tersebut). Kalau tidak, akan sangat berbahaya bagi umat Islam. Perhatikan firman Allah (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Al-Qur’an telah menceritakan kisah Nabi Sulaiman tatkala mengirim surat kepada Ratu Negeri Saba’ yang dengan tulisannyalah akhirnya sang ratu tersebut masuk Islam. Nabi Muhammad pun telah mendakwahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, Rasulullah menggunakan tulisan yang berupa surat sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi seperti yang ada pada zaman kita ini. Jika sekiranya dakwah para nabi melalui surat saja telah eksis, bagaimana pula dengan kita hari ini?
Pada saat
ini, peran media baik televisi, radio, koran, website, sangatlah penting.
Bahkan dikatakan “siapa yang menguasai media, berarti dapat menguasai dunia”.
Jika sekiranya media dikuasai oleh orang-orang muslim yang sholeh dan paham
agamanya baik, maka media yang dikelolanya tidak akan menurunkan ulasan-ulasan
yang merugikan Islam, memojokkan kaum muslimin atau menyakiti umat Rasulullah.
Dalam mengimbangi invasi media-media pembenci Islam, umat Islam harus mempunyai media yang tangguh, yang dikelola oleh para ulama dan jurnalis muslim yang benar-benar paham akan Islam, serta menampilkan tulisan dan berita yang benar, menarik serta bijaksana.
Sadar maupun
tidak sadar, saat ini muncul musuh-musuh Islam dari dalam tubuh umat Islam,
yang berpotensi menghancurkan umat Islam dari dalam, sebut saja JIL (Jaringan
Islam Liberal), syi’ah dan lain-lain. Yang mungkin dalam pandangan sebagian
kaum muslimin mereka-mereka itu adalah pembela Islam, padahal mereka itulah
penghancur Islam dari dalam.
Sebenarnya hal yang semacam ini telah ada pada zaman para nabi-nabi terdahulu. Ada saja orang-orang munafik, yang mengaku muslim namun mereka merusak Islam bahkan memecah belah persatuan umat Islam. Sebagian mereka mengaku Islam namun tidak senang melihat Islam eksis di bumi Allah Azza wa Jalla. Jika mereka menerbitkan buku, koran, tabloid, dan sejenisnya mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun mereka terpaksa menulis tentang Islam, isinya tentu diselewengkan, ditakwilkan menurut akal-akal mereka, sehingga tidak mengungkap kenyataan dan kebenaran sesuai sumber yang benar (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Empat Langkah Musuh Islam Jauhkan Umat Islam dari Agamanya
4 hal yang
perlu kita ketahui dari langkah-langkah orang-orang kafir dalam menjauhkan umat
Islam dari agamanya:
- Tasykik (menimbulkan keraguan)
Yaitu
menciptakan opini-opini yang menggiring umat Islam ragu terhadap agamanya,
seperti membuat polemik tentang ada tidaknya konsep negara Islam, meragukan
kedudukan sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menuduh hukum waris dan
zakat tidak adil, dan sebagainya.
- Tasywih (pengaburan, menjelek-jelekkan, serta memperolok-olok Islam)
Yaitu
menimbulkan kesan bahwa syariat Islam itu identik dengan ISIS, kejam, teroris,
diskriminatif, dan tidak manusiawi. Dengan Al-Qur’an akan ketinggalan zaman,
ajaran Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidak relevan lagi, jilbab adalah
budaya Arab.
- Pelarutan nilai, penetrasi budaya
Yaitu usaha
memasukkan nilai-nilai jahiliyah ke dalam ajaran Islam, misalnya: musik islami,
dan sebagainya.
- Taghrib (pembaratan)
Yaitu setiap
tingkah laku, gaya bicara, model pergaulan, media massa, termasuk media-media
porno yang diharamkan oleh Allah Azza wa Jalla.
Mudah-mudahan
Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang-orang yang selektif dalam mengambil
berita dari berbagai media. Yang tak kalah penting kita berdoa kepada Allah
agar ditanamkan pada halti kita kecintaan terhadap agama kita, serta menjauhkan
kita dari kejahatan orang-orang yang membenci Islam.
“…Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
“ (QS.
Al-Hujurat: 7).
Dari
berbagai sumber
Abu
‘Abdullah Ahmad At-Takalary
Sumber:
Buletin al-Fikrah edisi ke-04 Tahun XVII
0 komentar:
Posting Komentar